Selasa, 04 Januari 2011

tak ada yang begitu romantis selain kabut di puncak lompobattang,

Tidak ada yang begitu menarik..
seperti pendakian pendakian biasa.. hanya kali ini kami tidak berdua saja, kami berangkat bersama dua anggota SAR dan seorang dari KPA. Tujuannya adalah puncak lompobattang dan mungkin kami akan melintasi puncak bawakaraeng hingga berakhir di daerah malino.


Ada sembilan pos yang kami lewati. Pos adalah tempat camp yang sebelumnya sudah ditentukan oleh Kelompok pencinta alam yang pertama kali membuka jalur ke puncak. Tiap pos yang kami lewati mempunyai pemandangan dan aroma alam tersendiri, pos pertama dan kedua adalah pos dengan tumbuhan liar seperti strwberry dan markisa, disini juga kita bisa membuat camp karena mata air yang dekat dari pos. pos ketiga adalah pos basah yang jalanannya dipenuhi jamur kuping yang beracung. pos keempat dan lima kami bisa melihat jalur yang menanjak dari kejauhan, kami juga mulai melihat sekumpulan lumut hijau ditiap dahan, pohon tumbah atau bebatuan.


Kemudian jalur yang paling menakutkan dan yang sering disebut pintu angin karena medan jurang yang berbentuk huruf U dan tak ada pepohonan disekitarnya. Pos enam dan tujuh. Tapi pos ini jugalah pos terindah menurutku. Istirahatlah sejenak, nikmati udara sejuknya kemudian lihat sekelilingmu,, tumbuhan benalu yang meliliti hampir semua pohon hingga dedaunanhya sudah tidak begitu hijau semakin mempercantik bebatuan dipinggir jalanan yang terjal yang sudah berwarna kuning, orange dan hijau oleh lumut tahunan. 

Kami berdua ketinggalan dibelakang, bukankah terlalu sayang untuk menyia-nyiakan kesempatan duduk berdua dibatu tertinggi pos tujuh dan delapan sambil bercerita panjang tentang apa saja. Kami tak menyia-nyiakannya, apalagi pohon-pohon yang mulai mengerdil dan hutan lumut yang kami lewati tak akan pernah kami dapat di perkotaan.


Dan,, hei tak ada yang begitu romantis selain kabut di puncak lompobattang, hingga aroma lavender dan bunga edelweis. Saya begitu cemburu kepada penghuni kaki gunung ketika orang-orang kota tak menyadari bahwa tak ada ruang romantis lagi buat mereka, tak ada lagi tempat berkencan buat mereka, lagian memang waktu untuk menikmati kopi hangat bersama kekasih di kota hampir tak ada.


kami akhirnya tiba di pos sembilan, membangun tenda hingga menikmati matahari tenggelam persis diatas landscape kota jeneponto dibalik lembah Bariya dan dibatasi dinding gunung yang mulai menggelap. Udara semakin dingin, kupluk, switer, kaus tangan dan kaki tidak cukup menghilangkan dingin dari tubuh kami. Hingga malam kami mulai terlelap, terdengar suara dari beberapa orang kelompok pencinta alam yang tiba belakangan dari kami, ternyata mereka adalah para pencinta alam dari kota Bone.


Bangun agak telat, tak rela pelukan kekasihku terlepas. Setelah terbangun, sarapan dan mengepack perlengkapan kami mulai berjalan menuju puncak yang sedikit lagai nyampe. dari jau sudah terlihat, puncak lompobattang yang gagah. Karena ini adalah jalur menuju puncak maka tak salah bila jalurnya semakin menanjak..


Tanjakkan menuju puncak hampir membuatku patah semangat, tapi bok mencoba menolong, tentunya dengan webing dan karbiner.. :) lumayan menakutkan. Tapi ketika puncak semakin kelihatan, maka tak ada kata takut lagi. tiba dipuncak dengan selamat..
dapat strawberry hutan



manis-manis campur air sungai



hutan lumut




to be continue..

0 komentar:

Posting Komentar

 

bokbek © bokbokbekbek@gmail.com